IDENTITAS DALAM KEKUASAAN
Hibriditas Kuasa, Uang, dan Makna dalam Pembentukan Elite Bugis dan Makassar
Penulis: Imam Mujahidin Fahmid
Penyunting: Anwar Jimpe Rachman
Cetakan I, Juni 2012Penerbit Ininnawa bekerja sama dengan Institute for Social and Political Economic Issues (ISPEI)
15 x 21 cm
vi + 343 hlm
Masyarakat Bugis dan Makassar sama-sama percaya bahwa asal usul elite politik mereka bermula dari mitos Tomanurung (pemimpin yang turun dari langit). Kedua etnis sama-sama menginginkan pola hubungan antara penguasa dan masyarakat bersifat kontraktual. Ini berarti bahwa kendati secara simbolik masyarakat memberikan otoritas yang besar kepada si pemimpin, namun di waktu yang bersamaan, pemimpin harus taat dengan kesepakatan yang diberikan sang pemberi simbol, yakni Tomanurung.
Kontrak politik ini mulai berlangsung pada abad ke-13 di jazirah selatan Pulau Sulawesi, yang tentu menyadarkan kita bahwa ini merupakan sebuah pencapaian yang mendahului teori Thomas Hobbes, yang hidup pada abad XVI-XVII dan Montesquieu seabad setelahnya tentang kontrak sosial. Tapi di luar dari pandangan itu, pola perilaku mereka dalam berpolitik sangat berbeda.
Bagaimana laku etnis Bugis dan Makassar dalam berpolitik? Buku ini adalah sumber yang pantas untuk menjawab pertanyaan tadi!
Rp80,000,-
BeliKatalog Buku
Jalur Teripang: Jejak dan Pemaknaan Baru Seratus Tahun Kemudian
Rp.100,-
- Stock : 1
- Berat : 350gr
- Diskon : 0%
Raja Wartabone: Sang Santri Bontoala Bermoyang Suwawa-Bugis
Rp.100,000,- Rp.100,000,-
- Stock : 25
- Berat : 350gr
- Diskon : 0%
Seni sebagai Politik: Memahat Ulang Identitas dan Kuasa lewat Pariwisata di Tana Toraja
Rp.100,000,-
- Stock : 100
- Berat : 482gr
- Diskon : 0%